Sekarang Musim Apa Di Korea
Merdeka.com - Memasuki musim apa sekarang di Indonesia adalah hal yang penting diketahui untuk mempersiapkan diri menyambut dampak-dampak yang dibawanya. Sebagai salah satu negara tropis di dunia, Indonesia hanya memiliki dua musim saja sepanjang tahunnya.
Kedua musim tersebut adalah musim hujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi pada Oktober hingga Maret. Sedangkan musim kemarau biasanya berlangsung pada April hingga September menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia.
Meski demikian, waktu terjadinya kedua musim tersebut belakangan ini tidak tentu lantaran kondisi iklim global yang berubah-ubah. Ketidaktentuan waktu mulainya musim penghujan dan kemarau membuat masyarakat bertanya-tanya sebenarnya sedang musim apa sekarang di Indonesia yang sebenarnya.
Bagaimana hujan tak menentu terjadi di Indonesia? Semua faktor ini menyebabkan cuaca menjadi tidak menentu, dengan perubahan ekstrem dari panas yang menyengat hingga hujan deras dalam waktu singkat.
Kapan musim hujan di Indonesia? Dengan datangnya musim hujan pada November 2024, Indonesia dihadapkan pada sejumlah tantangan kesehatan yang harus diwaspadai oleh seluruh masyarakat.
Kenapa hujan di Indonesia tidak menentu? Perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah masa peralihan musim, yang dikenal sebagai pancaroba. Selama masa ini, perubahan cuaca yang tidak menentu sering terjadi, seperti saat beralih dari musim kemarau ke musim hujan, dan sebaliknya.
Kapan musim hujan di Indonesia biasanya dimulai? 'Musim kemarau akan berakhir di sebagian besar wilayah Indonesia mulai akhir Oktober ini, dan awal musim hujan secara bertahap, dimulai awal November 2023,' tulis BMKG dalam keterangan resminya dilansir Rabu (4/10/2023).
Kapan hujan tak menentu terjadi? Pancaroba antara musim penghujan dan musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Maret dan April, sementara pancaroba antara musim kemarau dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Oktober hingga Desember.
Musim adalah sebuah peristiwa alam di Bumi yang terjadi dalam jangka waktu tahunan dan meliputi wilayah yang luas. Musim tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan atmosfer suatu wilayah akan tetapi juga dipengaruhi oleh posisi wilayah tersebut dengan acuan garis khatulistiwa (ekuator).
Hal ini membuat musim yang diterima oleh suatu wilayah menjadi sangat bergantung dengan iklim pada wilayah tersebut. Secara umum pembagian musim pada wilayah yang tropis (disekitar equator) terbagi menjadi dua yaitu musim kemarau dan musim penghujan dengan rentang waktu perputaran tahunan.
Indonesia adalah salah satu negara topis, karenanya hanya memiliki dua musim dengan pembagian 4-5 bulan musim kemarau, 4-5 bulan musim penghujan, dan sisanya adalah masa peralihan atau pancaroba.
Perubahan musim adalah suatu kondisi terjadinya perubahan durasi musim hujan atau musim kemarau antara satu periode terhadap periode sebelumnya. Analisis perubahan musim dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Menentukan pemisahan Musim Hujan (MH), Musim Kemarau (MK) dan Musim Pancaroba (MP) berdasarkan hubungan beda nyata terkecil antara curah hujan dari 2 bulan berturut-turut.
2. Apabila curah hujan bulanan lebih dari 200 mm ditetapkan sebagai Musim Hujan (MH), apabila curah hujan bulanan kurang dari 100 mm ditetapkan sebagai Musim Kemarau (MK), dan apabila curah hujan bulanan antara 100-200 mm maka ditetapkan Musim Pancaroba (MP), hal ini mengikuti kriteria bulan basah dan bulan kering menurut Oldeman.
Musim Apa Sekarang di Indonesia?
Setelah mengetahui pengertian dan bagaimana perubahan musim terjadi, barulah kita bisa menganalisis tengah terjadi musim apa sekarang di Indonesia.
Mengutip laman bmkg.go.id, prakiraan musim hujan 2022/2023 di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah diprakirakan mengalami awal musim hujan 2022/2023 pada kisaran September hingga November 2022 dan berlanjut hingga datangnya musim kemarau di 2023.
Musim hujan aktif biasanya akan dimulai pada Oktober dan berakhir di Maret. Sementara, musim kemarau akan menyusul pada April dan berakhir pada September. Sehingga, saat ini Indonesia tengah berada di penghujung musim hujan tahunannya atau musim pancaroba.
Musim pancaroba biasanya ditandai dengan keadaan udara dan cuaca yang tak menentu, banyak angin besar terjadi secara acak serta kemunculan beberapa penyakit. Sangat penting bagi Anda untuk memperhatikan kesehatan dan kondisi tubuh dalam penghujung musim hujan dan musim pancaroba ini. (mdk/edl)
Jakarta (ANTARA) - Jika mengacu pada prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tahun 2024 ini musim hujan terjadi pada November 2023 dan berada di puncaknya sekitar bulan Januari hingga Februari 2024. Setiap daerah memiliki curah hujan yang berbeda-beda, ada yang lebih tinggi dan lebih rendah dibanding biasanya.
Awal musim hujan umumnya berkaitan dengan peralihan angin muson timur menjadi angin muson barat. Menurut BMKG, Angin Muson Timur diprediksi masih aktif hingga November 2024, terutama di Indonesia bagian Selatan. Sementara itu, Angin Muson Barat diprediksi akan datang lebih lambat dari biasanya.
Menurut prediksi BMKG musim hujan tahun ini menyeluruh ke semua wilayah di Indonesia pada bulan Maret hingga April. Berarti seharusnya pada bulan Juli ini sudah memasuki musim kemarau, tapi kenapa hujan masih sering melanda wilayah-wilayah di Indonesia?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024. Meskipun demikian, hujan masih sering turun di banyak wilayah di Indonesia.
Guswanto yang merupakan Deputi Bidang Meteorologi BMKG, menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Namun, ia menekankan bahwa meskipun musim kemarau, hujan masih dapat terjadi, meskipun dengan intensitas curah hujan di bawah 50 mm per dasarian.
Guswanto juga menyebutkan bahwa ada potensi peningkatan curah hujan yang signifikan dalam sepekan ke depan di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional hingga global yang signifikan, termasuk aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial di sebagian besar wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua. Selain itu, suhu permukaan laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia juga ikut berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan awan hujan yang signifikan di wilayah tersebut.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, mengatakan bahwa kombinasi pengaruh fenomena-fenomena cuaca tersebut diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat dan angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia pada tanggal 5 - 11 Juli 2024. Wilayah-wilayah yang dimaksud meliputi Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku, dan Pulau Papua.
Andri menghimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologi seperti longsor dan banjir bandang, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbukitan, dataran tinggi, dan sepanjang daerah aliran sungai.
Terkait cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang dan hujan es yang terjadi di Sawangan, Kota Depok pada tanggal 3 Juli lalu, Andri menjelaskan bahwa kejadian tersebut disebabkan oleh awan Cumulonimbus (CB) yang terbentuk akibat konveksi kuat di wilayah tersebut.
Proses hujan itu bisa terjadi karena kondensasi uap air yang sangat dingin di atmosfer lapisan atas, dimana es yang terbentuk memiliki ukuran besar. Ketika es tersebut turun ke lapisan atmosfer yang lebih rendah dan hangat, terjadi hujan. Namun, tidak semua es mencair sempurna, sehingga terjadi hujan es, dimana suhu puncak awan Cumulonimbus mencapai minus 80 derajat Celcius.
Pergantian serta transisi musim saat ini sulit diprediksi karena beberapa faktor, oleh karena itu ada baiknya bagi Anda yang sering beraktivitas di luar ruangan untuk berhati-hati dan mengantisipasi datangnya hujan.
Pewarta: Raihan FadilahEditor: Maria Rosari Dwi Putri Copyright © ANTARA 2024
Beberapa hari terakhir Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan dan angin kencang padahal saat ini sudah memasuki musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun memberikan penjelasan.
BMKG mengatakan puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada Juli dan Agustus 2024. BMKG menyebut hujan masih sering terjadi di banyak wilayah di Indonesia pada periode tersebut.
"Betul sebagian besar wilayah Indonesia terjadi di bulan Juli dan Agustus 2024 yaitu sebanyak 77,27%, di mana 63,95% durasi musim kemarau diprediksi terjadi selama 3 hingga 15 dasarian. Meski demikian, bukan berarti dalam periode kemarau tidak ada hujan sama sekali, tetapi ada hujan meski kisaran di bawah 50 mm/dasariannya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya, Kamis (4/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwikorita mengatakan dalam sepekan ke depan, masih terdapat potensi peningkatan curah hujan secara signifikan di sejumlah wilayah Indonesia. Fenomena ini disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional-global yang cukup signifikan.
Dia menyebutkan beberapa faktor di antaranya ialah aktivitas fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial di sebagian besar wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Sebagian besar Papua. Selain itu, suhu muka laut yang hangat pada perairan wilayah sekitar Indonesia memberikan kontribusi dalam menyediakan kondisi yang mendukung pertumbuhan awan hujan signifikan di wilayah Indonesia.
"Fenomena atmosfer inilah yang memicu terjadinya dinamika cuaca yang berakibat masih turunnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia," imbuhnya.
Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan kombinasi pengaruh fenomena-fenomena cuaca tersebut diprakirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat/angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia pada 5-11 Juli 2024. Wilayah yang dimaksud adalah Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku, dan Pulau Papua.
Dia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai terhadap kemungkinan adanya potensi hujan yang dapat mengakibatkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan banjir bandang. Dia menekankan masyarakat yang bermukim di wilayah perbukitan, dataran tinggi, juga sepanjang daerah aliran sungai harus lebih waspada.
Pada Rabu (3/7) kemarin terjadi hujan lebat disertai angin kencang dan hujan es di wilayah Bedahan, Sawangan, Kota Depok. Guaswanto mengatakan hujan es disebabkan adanya awan cumulonimbus (CB) yang terbentuk akibat daya angkat atau konvektif yang cukup kuat di wilayah tersebut.
Proses hujan diawali dengan kondensasi uap air teramat dingin melewati atmosfer di lapisan atas level beku. Es yang terbentuk umumnya memiliki ukuran besar.
Dia mengatakan pada saat kumpulan es yang besar di atmosfer turun ke area lebih rendah dan hangat, maka terjadi hujan. Hanya, kadang tidak semua es akan mencair sempurna dan menjadikannya hujan es, di mana suhu puncak awan CB mencapai minus 80 derajat Celsius.
"Di lain sisi, selagi masih turun hujan, alangkah baiknya dimanfaatkan untuk menabung air. Hemat dan menggunakan air secara bijak, supaya memiliki cadangan air saat Puncak Musim Kemarau melanda wilayah kita nantinya" jelas Guswanto.
Lihat juga Video: Aurel-Atta Halilintar Bagikan Momen Hujan di Mekah Saat Kemarau
[Gambas:Video 20detik]
Kami menggunakan cookie di situs ini untuk meningkatkan pengalaman Anda sebagai pengguna. Ketahui lebih lanjut. Dengan mengeklik salah satu tautan di halaman ini, Anda memberikan persetujuan untuk pengaturan cookie oleh kami.
Pesisir timur Sumatera Utara: September 2024
Riau bagian selatan: September 2024
Jambi: September 2024
Sebagian Bengkulu: September 2024
Sumatera Selatan bagian barat: September 2024
Sebagian besar Sumatera Selatan: Oktober 2024
Lampung bagian selatan: November 2024
Pesisir utara termasuk Jakarta: Oktober 2024
Sebagian besar Pulau Jawa: Oktober 2024
Jawa bagian timur: November 2024
Sebagian Kalimantan Barat: September 2024
Sebagian Kalimantan Tengah: September 2024
Sebagian Kalimantan Timur: September 2024
Sebagian besar Pulau Kalimantan: Oktober 2024
Pesisir barat Sulawesi Selatan: Oktober 2024
Pesisir utara Sulawesi Utara: Oktober 2024
Sebagian besar Pulau Sulawesi: November 2024
Bali dan Nusa Tenggara
Nusa Tenggara Barat: November 2024
Nusa Tenggara Timur: November 2024
Maluku Utara: Oktober 2024
Sebagian kecil Maluku: Oktober 2024
Papua Barat: Oktober 2024
Sebagian Papua: September 2024
Merauke bagian selatan: November 2024
Laut Indonesia ternyata bukan hanya kaya oleh beragam biota laut yang sangat banyak dan langka, namun juga menyimpan kekayaan materi dari kejayaan masa lalu. Tak tanggung-tanggung, nilainya diperkirakan mencapai triliunan rupiah dan tersebar di 463 titik di seluruh Indonesia.
Kekayaan materi masa lalu tersebut, menurut Direktur Jasa Kelautan Direktorat Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Riyanto Basuki, sudah sepatutnya dijaga dengan baik. Karena, tak hanya bernilai materi, kekayaan bawah air tersebut bernilai sejarah yang sangat tinggi dan tak dipunyai negara lain.
Saat ini, kekayaan materi yang masuk dalam kelompok barang muatan kapal tenggelam (BMKT) itu, sudah ada yang diangkat dari bawah air dan disimpan dengan baik di gudang Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan (PANNAS) BMKT di Cileungsi, Kabupaten Bogor dan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat.
Dari BMKT yang sudah diangkat tersebut, Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP pernah merilis jumlahnya diperkirakan mencapai 200 ribu item dan berasal dari 10 kali pengangkatan di bawah 2010 atau sebelum moratorium pengangkatan BMKT diberlakukan.
Di antara kekayaan BMKT yang sudah diangkat itu, terdapat harta karun yang diangkat dari perairan Pantai Utara Jawa Cirebon dan bernilai sedikitnya Rp239 miliar. Dan, koleksi dari Cirebon tersebut, saat ini sedang bersiap dipamerkan di galeri khusus yang dibuka di kantor KKP di Jakarta.
Riyanto Basuki akhir pekan lalu mengatakan, benda yang sudah dipajang di galeri KKP, berasal dari harta karun bernilai paling tinggi dan salah satunya adalah dari hasil pengangkatan di Cirebon. Benda-benda tersebut didatangkan langsung dari gudang penyimpanan BMKT dan sengaja dipilih yang terbaik untuk dipamerkan di galeri.
“Kita ingin pameran ini memberi penegasan kepada publik bahwa Indonesia serius mengembangkan poros maritim. Dan benda-benda ini, adalah bukti bahwa di masa lalu Indonesia pernah jadi poros maritim dunia,” ucap dia.
Selain dari Cirebon yang merupakan harta karun dari Five Dynasty di abad 9 (907-960) masehi, Riyanto menyebutkan, benda yang sudah masuk galeri berasal dari pengangkatan BMKT dari perairan Batu Hitam, Bangka Belitung yang diketahui milik Dinasti Tang di abad 6-9 (618-906) masehi.
“Dan ada juga dari Dinasti Song abad 11 sampai 12 masehi yang diangkat dar perairan Kepulauan Riau. Itu diangkat dari Pulau Buaya dan diperkirakan berasal dari tahun 960 sampai 1.279 masehi,” jelas dia.
Dari seluruh benda yang dipamerkan di galeri, kata Riyanto, jumlahnya diperkirakan mencapai 1.000 koleksi item. Dengan koleksi yang dipamerkan mencakup peralatan kehidupan sehari-hari di zamannya masing-masing, seperti peralatan rumah tangga berbahan keramik, perhiasan, dan koin tua untuk transaksi perdagangan.
“BMKT yang diangkat dari perairan yang disebut, itu adalah berasal dari kapal-kapal karam di masa lalu. Mereka adalah kapal-kapal yang sedang berlayar masuk ke Indonesia melalui Selat Malaka sebagai jalur perdagangan utama dunia,” tutur dia.
Di antara benda yang sudah masuk galeri, adalah koin tua yang berasal dari kapal karam di Cirebon dengan bentuk lingkaran yang memiliki lubang berbentuk kotak di bagian tengah koin. Di sekeliling lubang tersebut, terdapat empat huruf berbahasa Tiongkok. Sebagai ciri khas, koin tersebut terbuat dari perunggu yang menandakan di masa tersebut transaksi perdagangan menggunakan material tersebut.
Lebih rinci, Riyanto membeberkan, benda yang dipamerkan di galeri, adalah gentong, tempayang, mangkok dengan jumlah paling banyak, guci-guci untuk minuman yang berasal dari Dinasti Song, mangkok-mangkok yang punya ciri khas ornamen yang berasal dari Timur Tengah dari Dinasti Bani Fatimiyyah.
Bernilai Triliunan Rupiah
Sebelum menggelar pameran, Asosiasi Perusahaan Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Muatan Kapal Tenggelam Indonesia (APPP BMKTI) pernah merilis data tentang perkiraaan harta karun yang tersimpan di perairan Indonesia. Asosiasi tersebut memperkirakan, sedikitnya ada 464 titik lokasi kapal tenggelam dengan nilai ekonomi harta karun mencapai Rp127,6 triliun.
Tak hanya itu, United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pernah merilis data bahwa ada sekitar 20 ribu kapal yang berasal dari berbagai negara di dunia dan pernah melakukan pelayaran ke Selat Malaka yang diketahui menjadi jalur sutera perdagangan internasional di masa lalu.
Dari jumlah tersebut, UNESCO menyebut seluruhnya tidak pernah kembali ke negara asalnya masing-masing dan lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut bahkan memperkirakan seluruh kapal yang memuat banyak sekali materi penting untuk transaksi perdagangan dan yang lainnya, mengalami karam di perairan Indonesia.
Data UNESCO tersebut, kemudian diperkuat dengan data APPP BMKTI yang menyebut ada 134 titik lokasi kapal tenggelam di sekitar perairan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sementara, di sekitar Selat Malaka, lokasi yang terdeteksi ada kapal tenggelam dari masa lalu jumlahnya mencapai 37 titik.
“Selain di Pelabuhan Ratu, lokasi yang banyak ditemukan BMKT, juga ada di sekitar Selat Malaka di perairan Sumatera yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura,” ujar Sekretaris Jenderal APP BMKTI Harry Satrio.
Meski bernilai tinggi, Riyanto Basuki mengakui, keberadaan harta karun BMKT di perairan Indonesia, sebagian di antaranya ada yang berlokasi di perairan dangkal. Akibatnya, harta karun tersebut banyak yang diketahui oleh para nelayan dan warga lokal. Kemudian, mereka secara perseorangan berinisiatif mengambilnya dan menjualnya ke pihak lain.
“Ini yang dikuatirkan. Karena dangkal, mereka bisa menyelam dengan tradisional tanpa alat. Benda yang berhasil diangkat, kemudian dijual ke pihak swasta tanpa sepengetahuan Negara. Ini yang berbahaya,” jelas dia.
Karena mengandung tingkat kerawanan yang tinggi, Riyanto mengaku persoalan tersebut menjadi fokus penanganan oleh Pemerintah dan berharap aset harta karun BMKT yang masih ada di sejumlah perairan Indonesia, bisa terselamatkan dengan utuh.
“Pencurian terjadi, karena lautnya tidak terlalu bergelombang dan dangkal. Ini jadi konsen kita untuk menyelamatkan benda-benda BMKT,” ungkap dia.
Riyanto mengatakan, persoalan pencurian juga yang menyebabkan Pemerintah memberlakukan moratorium pengangkatan harta karun BMKT sejak 2011 hingga sekarang. Karena, Pemerintah sadar bahwa benda BMKT adalah kekayaan Negara yang harus dijaga dan bisa dimanfaatkan dengan baik.
Kepala Sub Direktorat Pengawasan Produk dan Jasa Kelautan PSDKP KKP Halid Yusuf mengungkapkan, sejak moratorium izin BMKT diberlakukan dan investasi asing tertutup untuk pengangkatan BMKT, kasus penjarahan bermunculan di sejumlah daerah yang memiliki titik BMKT. Dia menyebut, sepanjang 2016 saja, tercatat sedikitnya sudah ada 5 kasus pencurian benda BMKT di Natuna, Lingga, Bangka Belitung, dan Pulau Selayar.
Seperti diketahui, sebelum diberlakukan moratorium, Indonesia sudah mengangkat harta karun di 10 lokasi perairan. Namun, Indonesia pernah mengalami pencurian BMKT yang dilakukan Michael Hatcher dari kapal Geldermalsen. Benda BMKT dari kapal tersebut kemudian dilelang di Balai Lelang Christie di Belanda dan menghasilkan uang senilai USD17 juta. Hasil pelelangan tersebut tidak dibagi sepeserpun kepada Indonesia.
2017, Harta Karun dari Natuna Diangkat
Karena sudah 7 (tujuh) tahun tidak dilakukan pengangkatan, Riyanto Basuki berharap, Pemerintah bisa melakukan pengangkatan lagi pada 2017 ini. Dengan demikian, resiko dari pencurian bisa diminimalisir dan harta karun yang ada bisa dimanfaatkan.
Namun, untuk bisa mengangkat harta karun, Riyanto mengaku pihaknya masih menunggu Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan ditandatangani. Selain itu, pihaknya sudah membuat kesepakatan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk penentuan titik lokasi yang akan diangkat harta karunnya.
Riyanto menyebut, dari sekian banyak titik yang dideteksi ada BMKT, Pemerintah akan fokus pada titik di sekitar Bangka Belitung dan Natuna (Kepri). Untuk pengangkatan tersebut, sepenuhnya akan dilakukan oleh Pemerintah dengan biaya sendiri dari APBN.
“Karena pengangkatan BMKT ini sudah masuk daftar negatif investasi, maka yang harus melakukannya adalah Pemerintah langsung. Semua stakeholder akan dilibatkan, karena biaya pengangkatannya sangat mahal,” papar dia.
Lokasi-lokasi yang menjadi fokus pengangkatan tersebut, kata Riyanto, adalah lokasi yang paling rawan dicuri dan diketahui memiliki titik lokasi yang banyak. Perairan Kepulauan Riau, kata dia, adalah lokasi yang paling banyak terdeteksi memiliki harta karun BMKT dan salah satunya paling banyak ada di Kepulauan Natuna dan Kepulauan Lingga.
https://www.mongabay.co.id/2017/02/06/sebanyak-apa-harta-karun-yang-ada-di-perairan-indonesia-sekarang/
Sovia Jewelry © 2024. All Rights Reserved